Salah satu andalan pariwisatan budaya kabupaten Kotawaringin Timur adalah Ritual adat "Mampakanan Sahur dan Mamapas Lewu" event ini merupakan agenda rutin pemerintah daerah kabupaten Kotawaringin Timur yang biasa dilaksanakan setiap akhir tahun.
Untuk daerah lain dikabupaten yang ada di Kalimantan tengah ritual seperti ini juga ada dan prosesiya hampir sama, tapi disini yang akan kita tampilkan yaitu ritual yang sering dilaksanakan di kabupaten Kotawaringin Timur dulu berhubung liputan kami baru sebatas yang ada di Kotim saja.
Apa dan bagaimana ritual Mampakanan Sahur dan Memapas Lewu itu ?
Bagi sebagian orang/masyarakat suku dayak di Kalteng yang masih memegang kepercayaan Kaharingan (Hindu Kaharingan) ritual ini biasanya berguna untuk memberikan persembahan kepada leluhur guna menjaga dan membersihkan masyarakat dari kesialan serta bencana.
Untuk daerah lain dikabupaten yang ada di Kalimantan tengah ritual seperti ini juga ada dan prosesiya hampir sama, tapi disini yang akan kita tampilkan yaitu ritual yang sering dilaksanakan di kabupaten Kotawaringin Timur dulu berhubung liputan kami baru sebatas yang ada di Kotim saja.
Apa dan bagaimana ritual Mampakanan Sahur dan Memapas Lewu itu ?
Bagi sebagian orang/masyarakat suku dayak di Kalteng yang masih memegang kepercayaan Kaharingan (Hindu Kaharingan) ritual ini biasanya berguna untuk memberikan persembahan kepada leluhur guna menjaga dan membersihkan masyarakat dari kesialan serta bencana.
Malam harinya dilanjutkan dengan acara Manganjan lagi, biasanya sambil manganjan ini peserta disuguhkan dengan minuman baram (baram merupakan minuman khas warga dayak yang ada di Kalimantan biasanya minuman ini merupakan permentasi dari beras, singkong, ilalang, serta aren) setelah pajar maka dilanjutkan dengan ritual penyembelihan hewan kurban (biasanya hewan kurban berupa kerbau atau sapi, babi, dan ayam) darah dari hewan kurban ini diambil untuk sajen atau sesaji pada upacara ini, biasanya sesaji diletakan di balai keramat atau “Pasha Patahu” yang ada dilokasi itu. Setelah ritual di lokasi selesai dilaksanakan biasanya Pisor memimpin rombongan untuk keliling kota dengan memercikan air yang telah diberikan doa-doa yang berguna sebagai pembersihan dari segala kesialan serta bencana yang mengganggu masyarakat. Prosesi arak-arakan akan berakhir disungai mentaya dengan melarung sisa dari prosesi itu.
Sebagai akhir acara maka esok harinya dilakukan ritual “Melai mahaga palin gawi dan Manipas palin gawi” yaitu acara melepas semua pantangan setelah melaksanakan ritual tersebut.
Untuk ritual seperti ini dikabupaten lainnya mungkin hampir sama saja mungkin proses prosesinya saja yang ada perbedaan tetapi pada intinya maksud dan tujuan sama yaitu memberikan persembahan kepada roh-roh leluhur serta roh-roh gaib lainnya guna membantu menjaga petak danum dari kesialan serta marabahaya yang mengancam.
Untuk ritual seperti ini dikabupaten lainnya mungkin hampir sama saja mungkin proses prosesinya saja yang ada perbedaan tetapi pada intinya maksud dan tujuan sama yaitu memberikan persembahan kepada roh-roh leluhur serta roh-roh gaib lainnya guna membantu menjaga petak danum dari kesialan serta marabahaya yang mengancam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar