Rumah Betang atau Huma Betang, merupakan rumah adat suku
Dayak yang ada di pulau Kalimantan.
Rumah Betang bisa juga disebut sebagai rumah Panjang atau
rumah Besar, dimana dahulunya merupakan tempat tinggal atau hunian masyarakat
suku Dayak, dimana di dalam satu rumah betang bisa dihuni oleh beberapa kepala
keluarga. Rumah Betang itu sendiri mempunyai ciri khas yaitu bangunannya yang
tinggi dan terbuat dari bahan kayu ulin atau lazim disebut kayu besi. Untuk
tipe rumah Betang yang sangat tradisional sekali biasanya dibuat begitu
sederhana misalnya dinding dan atap Cuma memakai kulit pohon kayu, trus untuk
lantai menggunakan kayu bulat yang berdiameter selengan orang dewasa, serta
untuk pembagian kamar-kamarnya menggunakan partisi/sekat kulit kayu juga.
Nah..untuk rumah betang yang seperti ini sudah sangat sulit untuk kita temui,
kalaupun ada lokasinya di daerah pedalaman kalimantan yang sangat sulit
dijangkau.
Selain rumah betang seperti tipe diatas ada juga rumah
Batang yang agak modern, yaitu untuk atap sudah menggunakan sirap, lantai dan
dinding sudah menggunakan papan, tapi untuk bahan masih tetap menggunakan kayu
ulin.
Selain sebagi tempat istirahat rumah betang ini biasanya
juga merangkap sebagai aula untuk kegiatan adat yang dilaksanakan ditempat ini,
misalkan sebagai tempat ritual-ritual adat tolak bala, ucapan syukur atas hasil
ladang, pengobatan orang yang sedang sakit, upacara perkawinan, bahkan
duhulunya merupakan benteng pertahanan terhadap gangguan-gangguan dari luar.
Apabila kita cermati untuk konstruksi rumah betang biasanya
selalu tinggi dan hanya ada satu tangga menuju jalan keluar dan masuk kedalam
rumah. Ini merupakan salah satu cara atau teknik untuk bertahan dari
gangguan-gangguan yang datang dari luar dan juga bangunan yang tinggi juga
dapat menghindari rumah dari banjir yang datang, karena seperti yang kita
ketahui hunian masyarakat dayak biasanya berada di sepanjang aliran sungai yang
sudah jelas sewaktu-waktu airnya bisa meluap. Oleh karena hidup dipinggiran
aliran sungai biasanya suku dayak dikelompokan berdasarkan aliran sungai itu
sendiri.
Yang sangat kita sesalkan saat ini yaitu kurang perhatian
pemerintah Daerah dan masyarakat sendiri dalam menjaga dan melestarikan Rumah
betang ini sehingga sudah sangat jarang kita menemui rumah betang yang masih
begitu asli. Cuma ada sebagian yang masih bisa kita liat itupun karena
dijadikan sebagai tempat cagar budaya saja, so..pasti sudah tidak ditempati
lagi. Memang kita tidak bisa menyalahkan siapa-siapa kerena kemajuan jaman
sekarang masyarakat Dayak yang ada lebih memilih untuk membangun tipe rumah
modern untuk tempat tinggalnya, selain dianggap sudah ketinggalan jaman karena
sudah tidak cocok dengan budaya yang ada sekarang juga dikarenakan sudah
sulitnya mendapatkan bahan baku kayu terutama kayu ulin.
Tetapi saya sangat berharap supaya kita generasi muda serta
pemerintah daerah setempat khususnya yang ada di kalimantan untuk tetap bisa
melestarikan dan menjaga agar Rumah Betang yang masih ada bisa tetap
dipertahankan, agar anak cucu kita nanti masih bisa melihat bagaimana sich
rumah betang itu, bukan Cuma menjadi dongeng di saat menjelang tidur aja. Biar
bagai manapun Rumah betang juga merupakan Mahakarya Indonesia yang tidak boleh
dilupakan.
Nah penulis sengaja membuat tulisan ini agar Masyarakat Indonesia Khususnya mengetahui bahwa masih ada Mahakarya
Indonesia diantara banyaknya Mahakarya yang lain yaitu “Rumah Betang” yang
perlu kita jaga kelestariannya bersama.
Penulis "Ars"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar