Selamat datang di Blog Mahakarya Indonesia Apresiasi Wisata dan Budaya Kalimantan Tengah MAHAKARYA INDONESIA: Rumah Betang

Beranda

Senin, 21 Oktober 2013

Rumah Betang



Rumah Betang atau Huma Betang, merupakan rumah adat suku Dayak yang ada di pulau Kalimantan.
Rumah Betang bisa juga disebut sebagai rumah Panjang atau rumah Besar, dimana dahulunya merupakan tempat tinggal atau hunian masyarakat suku Dayak, dimana di dalam satu rumah betang bisa dihuni oleh beberapa kepala keluarga. Rumah Betang itu sendiri mempunyai ciri khas yaitu bangunannya yang tinggi dan terbuat dari bahan kayu ulin atau lazim disebut kayu besi. Untuk tipe rumah Betang yang sangat tradisional sekali biasanya dibuat begitu sederhana misalnya dinding dan atap Cuma memakai kulit pohon kayu, trus untuk lantai menggunakan kayu bulat yang berdiameter selengan orang dewasa, serta untuk pembagian kamar-kamarnya menggunakan partisi/sekat kulit kayu juga. Nah..untuk rumah betang yang seperti ini sudah sangat sulit untuk kita temui, kalaupun ada lokasinya di daerah pedalaman kalimantan yang sangat sulit dijangkau.
Selain rumah betang seperti tipe diatas ada juga rumah Batang yang agak modern, yaitu untuk atap sudah menggunakan sirap, lantai dan dinding sudah menggunakan papan, tapi untuk bahan masih tetap menggunakan kayu ulin.
Selain sebagi tempat istirahat rumah betang ini biasanya juga merangkap sebagai aula untuk kegiatan adat yang dilaksanakan ditempat ini, misalkan sebagai tempat ritual-ritual adat tolak bala, ucapan syukur atas hasil ladang, pengobatan orang yang sedang sakit, upacara perkawinan, bahkan duhulunya merupakan benteng pertahanan terhadap gangguan-gangguan dari luar.
Apabila kita cermati untuk konstruksi rumah betang biasanya selalu tinggi dan hanya ada satu tangga menuju jalan keluar dan masuk kedalam rumah. Ini merupakan salah satu cara atau teknik untuk bertahan dari gangguan-gangguan yang datang dari luar dan juga bangunan yang tinggi juga dapat menghindari rumah dari banjir yang datang, karena seperti yang kita ketahui hunian masyarakat dayak biasanya berada di sepanjang aliran sungai yang sudah jelas sewaktu-waktu airnya bisa meluap. Oleh karena hidup dipinggiran aliran sungai biasanya suku dayak dikelompokan berdasarkan aliran sungai itu sendiri.
Yang sangat kita sesalkan saat ini yaitu kurang perhatian pemerintah Daerah dan masyarakat sendiri dalam menjaga dan melestarikan Rumah betang ini sehingga sudah sangat jarang kita menemui rumah betang yang masih begitu asli. Cuma ada sebagian yang masih bisa kita liat itupun karena dijadikan sebagai tempat cagar budaya saja, so..pasti sudah tidak ditempati lagi. Memang kita tidak bisa menyalahkan siapa-siapa kerena kemajuan jaman sekarang masyarakat Dayak yang ada lebih memilih untuk membangun tipe rumah modern untuk tempat tinggalnya, selain dianggap sudah ketinggalan jaman karena sudah tidak cocok dengan budaya yang ada sekarang juga dikarenakan sudah sulitnya mendapatkan bahan baku kayu terutama kayu ulin.
Tetapi saya sangat berharap supaya kita generasi muda serta pemerintah daerah setempat khususnya yang ada di kalimantan untuk tetap bisa melestarikan dan menjaga agar Rumah Betang yang masih ada bisa tetap dipertahankan, agar anak cucu kita nanti masih bisa melihat bagaimana sich rumah betang itu, bukan Cuma menjadi dongeng di saat menjelang tidur aja. Biar bagai manapun Rumah betang juga merupakan Mahakarya Indonesia yang tidak boleh dilupakan.
Nah penulis sengaja membuat tulisan ini agar Masyarakat Indonesia Khususnya mengetahui bahwa masih ada Mahakarya Indonesia diantara banyaknya Mahakarya yang lain yaitu “Rumah Betang” yang perlu kita jaga kelestariannya bersama.

Penulis "Ars"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih Atas Kunjungan Anda di Blog ini Semoga Dapat Memberikan Manfaat